Apa yang aku lakukan, apa yang aku inginkan, apa yang aku beli, apa yang aku jadikan tujuan selama ini ternyata semakin jauh dari dari tujuan yang hakiki. Aku sering memberikan pertanyaan kepada anak didik dengan pertanyaan "Siapa saya, Untuk apa kita hidup, dan kenapa kita di hidupkan di dunia?". Sebetulnya pertanyaan-pertanyaan itu aku tujukan untuk diri aku sendiri, karena selama ini pun aku belum tahu betul apa jawa banya.
Suatu hari aku teringat akan sahabat dan pembimbingku yang bertanya seperti ini "kenapa (+ X + = +), (+ X - = +), dan (- X - = -)" . Saat itu aku bingung tidak tahu jawabanya karena terusterang aku sangat tidak suka dengan pelajaran matematika. Kemudah sahabat dan sekaligus pembimbing aku itu bilang bahwa kalau kamu belum tahu jawabanya, itu jadi pekerjaan rumah yg harus kamu temukan jawabanya!.
Dan aku baru tahu jawabannya dan menyadarinya bahwa jawaban dari pertanyaan rumus matematika ini adalah:
( + X + = +) yang kalau dilogikakan secara pemikiran dan kajian ilu ternyata menghasilkan jawaban seperti ini "Ketika kebaikan berada dalam waktu, tempat, dan orang-orang yang baik, maka hasilnya akan berlipat-lipat kebaikan" .
( + X - = - ) "ketika kebaikan berada dalam waktu, tempat, dan orang-orang yang kurang baik maka hasilnya akan berlipat-lipat keburukan. hasilnya akan di cemooh, dibilang sok idealis, dibilang sok malaikat dan bahkan dijauhi serta tidak tertutup kemungkinan orang yang membawa dan menyampaikan kebaikan akan dianiyaya.
selain itu analisisnya akan seperti ini:
Dari segi peribadi yang menyampaikan, perkataan dan tujuan yang baik akan menghasilkan sesuatu yang tidak baik, bahkan keburukan karena di barengi dengan kebencian bahkan dendam yang sangat besar ketika menyampaikan kebenaran itu.
yang ketiga
( - X - = +) Keburukan ditempat, waktu dan orang-orang yang kurang baik maka akan meluruskan dan memudahkan keburukan itu terjadi karena satu sama lain saling mendukung, namun dalam hal keburukan.
Ternyata aku baru sadar bahwa selama ini aku berada dalam rumus matematika yang kedua yaitu ( + X - = -). dimana aku selalu menyampaikan kebenaran ditempat, waktu, dan orang-orang yang kurang baik. serta dalam hal penyampaiannya aku selalu dibarengi dengan emosi yang negatif yaitu dengan amarah bahkan perasaan yang kesal dan dibarengi dengan dendam. Hasilnya sellau negatif, aku selalu di jauhi sama orang-orang di sekeliling aku.
Selain itu kenapa aku merasa bahwa Hari ini aku seperti terbangun dari tidur yang panjang, dan aku merasa bahwa apa yang selama ini aku lakukan hanyalah mimpi semata. Hari ini aku menemukan jawaban dari kajian ilmu matematik logika sekaligus dua rumus ilmu matematika. yaitu kenapa angka nol (0) itu ternyata lebih berharga ketimbang deretan angka matematika 1, 2, 3, sampai 9. Dan sedereta akngka itu tidak lebih berharga ketika dalam deretannya itu tidak ada angka nol (0) nya.
contoh:
Angka 1 kurang berarti dan kurang ada nilainya kalau tidak di barengi dengan angka nol (0), akan lebih bernilai kalau satu (1) dan nol (0) bersanding misalnya jadi angka sepuluh (10). semakin banyak deretan nolnya setelah angka satu (1) maka akan semakin bernilai. begitu juga sebaliknya kalau angka satu (1) sebelumnya disandingkan dengan angka nol (0). maka hasilnya juga akan kurang bernilai contohnya seperti nol koma satu (0,1).
selain itu deretan angka berapa pun (1, 2, 3, sampai 9) kalau dikali nol maka hasilnya akan nol (0) .
Sekarang timbul pertanyaan yang paling mendasar, "sebenarnya angka nol ini apa?" atau kenapa nilai nol ini kalau di sandingkan akan jauh lebih bernila atau bahkan tidak ada nilainya sama sekali?
Jawaban analisis deretan angka-angka matematika itu kalau di sandingkan dengan rahasiah kehidupan seperti pertanyaan yang saya sebutkan diatas atas ("Siapa saya, Untuk apa kita hidup, dan kenapa kita di hidupkan di dunia?")adalah: Nol (0) adalah kebenaran yang paling hakiki yang sering kita abaikan. kebenaran hakiki adalah "Allah" .
Contoh:
Ketika kita melakukan satu kebaikan karena ingin pujian dari orang di sekeliling kita, maka satu kebaikan itu akan bernilai nol (0) atau kosong. sebaliknya kalau kita melakukan satu kebaikan karena ingin mendapatkan keridhoan dan fahala dari Allah maka hasilnya satu (1) kebaikan itu akan menjadi sepuluh (10) kebaikan bahkan lebih.
Apabila kita melakukan satu (1) kebaikan karena ingin di puji orang di sekeliling kita maka kita menjadi orang yang ria dan sombong. maka perbuatan itu akan sia-sia tidak ada nilainya bahkan akan menjadi siksaan buat diri kita dan jelas akan menjadi nilai no (0) dan negatif (-).
Semoga aku tidak mengabaikan dan selalu memakai rumus matematika itu secara praktis dalam setiap kehidupan aku sehari-hari.
Amin... Amin... Amin Yarobbala'lamin !
0 komentar:
Posting Komentar